klik in here..

Jumat, 30 September 2011

Utang dan Kekayaan Sumber Daya Alam Indonesia

Surjono H. Sutjahjo

Total utang pemerintah Indonesia terus membengkak. Sampai Januari 2011
utang pemerintah tercatat Rp1.695 triliun atau naik Rp17,13 triliun
dibandingkan akhir 2010. Bila dikonversi ke dollar Amerika Serikat,
utang Indonesia mencapai US$187,19 miliar. Direktorat Jenderal
Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan menyebutkan utang itu terdiri
atas pinjaman sebesar US$68,57 miliar dan surat berharga senilai US$ 118
 miliar. Bila mengacu pada pendapatan kotor negara sebesar Rp6,422
triliun, artinya rasio utang Indonesia tercatat 26 persen. Jelas angka
yang tidak kecil. Menurut Ditjen Pengelolaan Utang, semua pinjaman
diperoleh pemerintah secara bilateral, multilateral maupun komersial
(2011, metrotvnews.com).

Terkait dengan penggalan berita di atas, akan timbul banyak pertanyaan
mengapa hal utang negara ini bisa berkelanjutan? Bukankah seharusnya
pembangunan berkelanjutan bukan utang berkelanjutan? Berikut ini
beberapa fakta yang perlu disimak dengan saksama dan jika saja
pemerintah jujur apakah negara kita masih harus digeluti utang?

Negara Terkaya di Dunia = Negara Berutang US$187,19 miliar

Profil Indonesia sebagai negara terkaya di dunia menjadi bahan bacaan di
 mana-mana, karena keunikan yang dimilikinya. Negara terkaya juga negara
 berutang yang lengkap dengan kondisi seperti utang di mana-mana,
kemiskinan, korupsi yang merajalela, kondisi moral bangsa yang kian
menurun serta masalah-masalah lain yang sedang menyelimuti negara ini.

Pertama, Indonesia sebagai negara terkaya. Hal ini tidak lagi
dimungkiri, pemandangan eksotis dari puncak gunung hingga ke dasar laut,
 tanah yang subur (banyaknya gunung berapi dan terletak di antara garis
khatulistiwa), lautan terluas di dunia dan dikelilingi oleh dua samudera
 (jutaan spesies ikan yang tidak dimiliki oleh negara lain), hutan
tropis terbesar di dunia (39.549.447 ha dengan keanekaragaman dan plasma
 nutfah terlengkap), cadangan gas alam terbesar di dunia tepatnya di
blok Natuna (Blok Natuna D Alpha memiliki 202 triliun kaki kubik
cadangan gas, belum lagi dari blok penghasil tambang dan minyak seperti
Blok Cepu dll), dan terakhir yang paling disorot adalah pertambangan
emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia bernama PT Freeport
Indonesia.

Tidak hanya itu, ternyata berdasar sensus BPS tahun 2010, Indonesia
mempunyai 237,6 juta penduduk, yang berarti menjadi negara dengan jumlah
 penduduk terbanyak keempat setelah China, India dan Amerika. Apabila
ini dioptimalkan, seluruh produk baik mulai dari “home industry” sampai
industri berat bisa dihasilkan sendiri oleh negeri ini, maka kita juga
akan menjadi negara yang kaya raya.

Namun, kenapa negeri ini menjadi sangat miskin, mempunyai utang hingga
bulan Juli 2011 sebesar Rp1.733,64 triliun? Konon hutang tersebut
apabila dibayarkan bunganya saja tidak akan lunas sampai pada tahun
2040. Betapa tragis nasib bangsa ini: tenggelam di antara kekayaan alam
dan baru menyadari saat maut utang membelenggu. Berikut ini uraian
mengenai tambang emas terbesar di dunia yang berada di negara terkaya
dunia juga negara yang berutang US$187,19 miliar.

Fiksi atau Nonfiksi: Freeport = Masalah juga Solusi

PT Freeport Indonesia adalah sebuah perusahaan penghasil emas terbesar
di dunia melalui tambang Grasberg pertambangan yang mayoritas sahamnya
dimiliki Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. Kegiatan penambangan di
 Papua terdapat di dua kawasan, masing-masing tambang Ertsberg (dari
1967 hingga 1988) dan tambang Grasberg (sejak 1988), di kawasan
Tembagapura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Hingga sekarang,
pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta
ton emas. Jika diuangkan, jumlah tersebut dengan harga per gram emas
sekarang, misalnya Rp300.000, dikali 724,7 juta ton emas =
724.700.000.000.000 gram dikali Rp300.000 = Rp
217.410.000.000.000.000.000 (http://terselubung.blogspot.com/2010) atau Rp217.410 biliun.
Prosentase bagi hasilnya atas penambangan adalah 1 persen untuk negara
pemilik tanah (Indonesia) dan 99 persen untuk freeport (AS) sebagai
negara yang memiliki teknologi untuk melakukan pertambangan di sana.
Adapun berita terkait lainnya yang menyatakan, ketika emas dan tembaga
di sana mulai menipis ternyata di bawah lapisan emas dan tembaga,
tepatnya di kedalaman 400 meter, ditemukan kandungan mineral yang
harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas. Itulah Uranium. Uranium
yang dikenal sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar nuklir itu
ditemukan di sana. Walaupun belum jelas jumlah kandungan Uranium yang
ditemukan di sana, tapi kabar terakhir yang beredar, menurut para ahli,
kandungan Uranium di sana cukup untuk membuat pembangkit listrik nuklir
dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan
Uranium di sana.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ‘Dari Emas Saja, Indonesia Bisa
Membayar Utang Luar Negeri US$178 miliar di tahun 2009’. Karena data
tahun 2011 belum tersedia, pastinya lebih besar lagi , diprediksikan
mencapai US$ 200miliar lebih. Jika dihitung dengan denominasi dolar AS,
jumlah utang pemerintah hingga Juni 2011 mencapai US$200,52 miliar (http://finance.detik.com).
 Artinya, ini baru emas saja sudah bisa membayar utang, belum kekayaan
lainnya. Ada batubara, besi, baja, nikel, dan minyak bumi.

Solusi

Pertama, perlu adanya keterbukaan dan transparansi dari pemerintah
sebagai pengelola sumber daya alam. Karena sesuai dengan Pasal 33 UUD
1945 bahwa 33 kekayaan alam dikelola oleh negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Kedua, diperlukan suatu perubahan pendekatan sistem
pengelolaan, yakni dari pendekatan ekonomi mikro standar (yang mana
hanya menguntungkan pihak perusahaan selama kontrak kerja berlangsung)
menjadi pendekatan ekonomi sumberdaya; ekonomi sumberdaya dengan etika
utilytarianisme bertujuan mensejahterakan masyarakat seoptimal mungkin
untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Ketiga, untuk kasus PT
Freeport, perlu pengkajian ulang kontrak kerja sama antara pemerintah
dan Freeport dalam hal bagi hasil yang lebih proposional dan jangka
waktu kontrak yang lebih rasional, sehingga Indonesia sebagai negara
pemilik sumber daya alam tersebut dapat juga menikmati hasilnya dan
dapat segera melunasi semua utang-utangnya.

Surjono Hadi Sutjahjo

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB dan Staf Pengajar Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana IPB.

http://www.metrotvnews.com/read/analisdetail/2011/09/21/204/Utang-dan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar